Koperasi Setia Bhakti Wanita
Koperasi
Setia Bhakti Wanita ada sejak 30 Mei 1978. Awal mula berdirinya koperasi ini
berasal dari kegiatan arisan ibu-ibu rumah tangga berjumlah 35 orang. Dengan
iuran sebesar Rp 2.000 per orang setiap bulan, arisan itu terus berjalan dan
berkembang menjadi usaha simpan pinjam. Sejak tahun 1980, Koperasi Setia Bhakti
Wanita dinilai sebagai koperasi dengan kinerja sangat bagus. “Sistem tanggung
renteng” menjadi landasan pokok keberhasilan Koperasi Setia Bhakti Wanita. Bentuk
tanggung renteng dari sistem ini adalah jika ada anggota tidak membayar, maka
tanggungan akan menjadi tanggung jawab seluruh anggota. Menurut Mutis (2001)
Partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk
mempertahankan ikatan pemersatu di dalam koperasi. Dengan sistem tanggung
renteng, Koperasi Setia Bhakti Wanita mampu menekan kredit macet hingga 0 %. Pola ini merupakan sistem tanggung bersama dengan sifat
kekeluargaan dan kebersamaan yang sangat kental sesuai dengan ciri khas
koperasi.
Dari
kondisi modal fisik, pada Koperasi Setia Bhakti Wanita terjadi peningkatan. Modal awal pada tahun 1978 tidak lebih dari 1 juta rupiah, meningkat menjadi lebih dari 100 miliar rupiah pada tahun 2007. Kantor awal Koperasi Setia Bhakti adalah garasi salah seorang pendiri, sekarang telah pindah ke gedung berlantai dua di atas tanah seluas 1.400 meter persegi
milik sendiri. Hal ini membuktikan peningkatan asset pada usaha Koperasi Setia
Bhakti Wanita. Dari usaha simpan pinjam yang bersifat arisan ibu-ibu itu
kemudian berkembang menjadi unit-unit usaha, di antaranya unit simpan pinjam,
toko swalayan dan usaha kecil menengah lainnya. Koperasi Setia Bhakti Wanita juga menyisihkan
2,5% dari sisa hasil usaha sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat miskin. Dana ini
dikelola oleh TIM Setia Bhakti Wanita Peduli, sedangkan penyaluran dapat berbentuk santunan,
pemberdayaan dan beasiswa untuk siswa SD hingga SMA.
Anggota
koperasi pada awalnya berjumlah 35 orang telah berkembang menjadi 2.913
orang di tahun 1984. Perkembangan yang pesat itulah kemudian menuntut
adanya perubahan anggaran dasar. Jangkauan pun diperluas mencakup wilayah kerja
Surabaya Timur. Pada tahun 1988 jumlah anggota terus bertambah hingga mencapai 3.431
orang, yang terbagi dalam 270 kelompok, dan tersebar di 11 kecamatan dalam
wilayah Kotamadya Surabaya (seluruhnya ada 19 kecamatan). Keberhasilan Koperasi Setia Bhakti Wanita dalam menggarap anggota koperasi dinilai sangat baik. Keberhasilan ini membuktikan bahwa manajmen koperasi yang diterapkan koperasi berjalan suskes.
Manajemen
organisasi yang dibangun Koperasi Setia Bhakti Wanita ini sangat efektif karena didukung oleh
sistem nilai yang dibangun bersama (akan diuraikan lebih lanjut pada bagian
socio-cultural capital). Organisasi Koperasi Setia Bhakti Wanita juga berjalan secara
transparan yang selalu disampaikan dan dimusyawarahkan bersama anggota, baik
dalam bentuk pertemuan kelompok, temu wicara, atau dalam rapat resmi setiap
tahun. Setiap anggota bisa memberikan masukan
atau sanggahan jika ada sesuatu yang dinilai kurang pas. Komunikasi organisasi yang ada terbukti
berhasil mempertahankan rasa kepemilikan dan kepedulian anggota terhadap Koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, R. S. 2014. Kekuatan Kapital-Kapital Kelembagaan: Belajar dari Dua Koperasi Sukses. journal.ui.ac.id di unduh tanggal 20 Desember 2017
Mutis, Thoby. 1992. Pengembang Koperasi.
Jakarta: Grasindo
Setyaningrum, Maria Erra. 2013. Pengaruh
Partisipasi Anggota dan Pelayanan Kredit terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kopekoma Kota Magelang. journal.unnes.ac.id di
unduh tanggal 20 Desember 2017